Selasa, 17 Maret 2015

Dilema Ibu Indonesia dan Kurikulum Pendidikan

Sistem Pendidikan di Indonesia tidak memasukkan Playgroup atau "kelompok bermain" kedalam level pendidikan yang diwajibkan. Namun seturut dengan gelombang reformasi dan modernisasi, banyak ibu2 menyekolahkan anaknya tidak hanya dari playgroup namun juga dari toddler..bahkan tidak jarang anak umur 6 bln pun sudah disekolahkan.

Saya, sebagaimana ibu2 konservatif lainnya, memutuskan untuk memasukkan anak langsung ke TK begitu umurnya mencukupi. Tapi ketika bersekolah saya harus menghadapi kenyataan bahwa apa yang dituntut kepada anak dalam pendidikan dasar ini tidak sesuai dgn apa yang diberikan oleh sekolah.

Misalnya: untuk masuk ke jenjang SD, anak dituntut harus sudah bisa membaca, sementara di TK sangat kurang waktu untuk mengajar membaca..ini mengakibatkan kita sebagai ibu2 jadi sibuk memburu bimbel, ada juga yang sejak anaknya kecil buru2 menyekolahkan supaya anaknya pintar lebih cepat dan tidak tertinggal.

selama SD anak2 juga dijejali dengan pelajaran2 yang di luar batas umurnya sehingga, sekali lagi, ortu sibuk mencari les atau bimbel supaya anak2nya tidak tertinggal...

Pertanyaan saya sekarang...apakah jika ada anak pintar, yang membuat pintar adalah sekolah atau bimbel?
Jika ada sekolah unggulan, apakah sekolah itu yang bisa mendidik anak jadi pintar atau karena sekolah menerapkan seleksi ketat sehingga hanya murid sesuai standar intelektualnya yang bisa masuk?

Saya mengingat masa kecil saya dimana rasanya sekolah tidak menjadi beban, tapi suatu cita2..karena tidak ada test masuk, kita tidak dijejali dengan begitu banyak pelajaran2 yang tidak sesuai dengan umur, kita bisa menikmati hari2 senggang setelah sekolah untuk aktifitas sosial sesuai dengan minat kita..bukan Les seharian supaya tidak gagal UN seperti anak2 sekarang.

Akankah pemerintah kita sadar akan semua kekacauan sistem pendidikan kita sekarang? Akankah anakku bisa menikmati pendidikan yang menyenangkan seperti aku waktu dulu?

Tidak ada komentar: