Setelah 3(tiga) tahun lebih berkutat dengan kegalauan,
akhirnya kuputuskan resign dari kantor yang sudah hampir 11 (sebelas) tahun
menemani hari-hariku.
Selama tiga tahun tersebut, kedua anak diasuh oleh seorang
suster (babysitter) dan seorang pembantu yang baru dipekerjakan satu tahun
terakhir. Selama tiga tahun juga aku berkutat dengan rasa tak nyaman dan tak
tenang karena ketidakpastian status suster yang selalu gelisah ingin punya anak
dan dengan itu terus-terusan bertengkar dengan suaminya yang bikin drama dimana
akhirnya membuat konsentrasi dan waktuku tersita untuk menambal hari-hari
dimana suster gak bekerja.
-------------
Dari libur sebulan 2x, jadi setiap minggu sekali (weekend)
dan setiap libur selalu start dari malam jam 7 hari sebelumnya dan kembali pagi
jam 6 hari kerja, so kira2 kalau libur 1 hari, si suster praktis dapat 30 jam
off.
Dari libur lebaran yang tadinya aku kasih 14 hari dengan
tambahkan cutiku supaya suster lebih leluasa, tapi dimolorkan 3 hari lagi
dengan berbagai alasan, dan ketika kukurangi jadi 10 hari-disengaja untuk
dimolorkan jadi 14 hari dengan alasan aku sudah janji kasih 14 hari, dan ketika
pada saat tidak dimungkinkan untuk memberi libur lebih dari 10 hari, dengan
polosnya dia menetapkan hari masuknya 2 minggu setelah lebaran.
Dari gaji yang setiap tahun diberi peningkatan sebanyak 10%
plus uang makan 150rb perminggu, kira2 satu bulan take home pay si suster
adalah 2.5jt
Pun masih saja setiap kali si suster ini meributkan keadaan
dia ngga hamil2 dari suaminya dan ijin2 untuk cek kandungan, ijin2 untuk drama
karena suaminya kabur atau marah, meributkan kalau perutnya sakit krn gendong
anak2ku dan takut karena itu jadi susah hamil dll dsb.
Bagaimana hati bisa tenang?
Soal performance kerja, si suster memang cukup terampil,
ditambah lagi kenyataan bahwa dia sayang dengan anak2..hanya saja, semua tidak
cukup memberikan ketenangan karena tidak ada jaminan dia akan kerja lama.
------------------
Pembantu? Kurang dari setahun, sudah ganti 5x pembantu,
alhasil kalau dipukul rata, satu pembantu hitungannya kerja 2 bulan saja.
Pembantu 1: 14 years old, sebenarnya aku menghindari
pekerjakan anak di bawah umur, tapi apa daya karena terpaksa, tapi karena BB
yang tak tertahankan, penampilan yang kurang bersih dan sikap suka sembunyi2
mengintip, sering ijin keluar jajan atau ke rumah sodaranya, aku jadi tak tahan
karena merasa gak aman…cukup 3 hari saja, aku pecat dengan ganti rugi 200rb.
Pembantu 2: 25 thn..sudah menikah dan pengalaman..kerja
cukup baik, tapiiiiiiiiii….seminggu bekerja, dia mendapati kalau dia tengah
hamil muda. Alhasil berhentilah dia.
Pembantu 3: 18 thn, adalah adik ipar pembantu 2, kerja tidak
terlalu maksimal tapi sepertinya terlalu gengsi jadi pembantu, selalu meributkan
untuk jadi buruh dimana gaji buruh besar (1.8jt katanya), dan akhirnya 2 bln
kerja, si pembantu minta berhenti dengan alasan disuruh jaga orang tua di kampung.
Pembantu 4: 16 thn, didapat dari Yayasan dengan uang tebus
850k. Entah kenapa, dengan pembantu yang ini, aku merasa dia yang majikan dan
aku yang pembantu. Dengan santai dia tidur di ranjang kamar hotel waktu kami
mengungsi ketika ada kebakaran di dekat rumah sementara aku sibuk berbenah,
sering pakai alat kosmetikku (cat kuku), menggunakan HP bekasku tanpa ijin dan
tidak melakukan pekerjaannya dengan melihat aku yang tidak terlalu menegur.
Akhirnya, pembantu ini pun terpaksa kupulangkan ke yayasan.
Pembantu 5: 16 thn, pengganti dari pembantu 4..meminta gaji
50rb lebih besar dari pembantu sebelumnya dan terlihat bekerja lebih baik. Akan
tetapi beberapa kali aku mendapati bahwa meskipun sudah mendapatkan fasilitas
uang makan 100rb/minggu, makanan2 kami secara diam2 sering dimakan. Pembantu
ini minta berhenti satu bulan sebelum bulan puasa dengan alasan mau sekolah
lagi.
Apakah dengan mencari lagi
pembantu ke 6-7-8 dst hati bisa tenang? Terus terang aku pesimis.
------
So here I am, berpikir yang
terbaik untuk anak dan keluarga, toh rezeki tak akan kemana kalau kita tetap
berusaha, toh yang terpenting dalam hidup ini adalah kedamaian dan kebahagiaan
keluarga, toh semua pilihan hidup juga tidak akan selalu mulus, tapi setidaknya dengan memilih yang terbaik untuk dijalani, maka semua hambatan dan ujian akan
jadi pemicu dan kita punya motivasi untuk tetap giat karena yang kita
perjuangkan adalah sesuatu yang berharga.
"di mana hartamu berada, di situ hatimu berada"