Senin, 30 Desember 2013

New Beginning

Setelah 3(tiga) tahun lebih berkutat dengan kegalauan, akhirnya kuputuskan resign dari kantor yang sudah hampir 11 (sebelas) tahun menemani hari-hariku.

Selama tiga tahun tersebut, kedua anak diasuh oleh seorang suster (babysitter) dan seorang pembantu yang baru dipekerjakan satu tahun terakhir. Selama tiga tahun juga aku berkutat dengan rasa tak nyaman dan tak tenang karena ketidakpastian status suster yang selalu gelisah ingin punya anak dan dengan itu terus-terusan bertengkar dengan suaminya yang bikin drama dimana akhirnya membuat konsentrasi dan waktuku tersita untuk menambal hari-hari dimana suster gak bekerja.

-------------

Dari libur sebulan 2x, jadi setiap minggu sekali (weekend) dan setiap libur selalu start dari malam jam 7 hari sebelumnya dan kembali pagi jam 6 hari kerja, so kira2 kalau libur 1 hari, si suster praktis dapat 30 jam off.

Dari libur lebaran yang tadinya aku kasih 14 hari dengan tambahkan cutiku supaya suster lebih leluasa, tapi dimolorkan 3 hari lagi dengan berbagai alasan, dan ketika kukurangi jadi 10 hari-disengaja untuk dimolorkan jadi 14 hari dengan alasan aku sudah janji kasih 14 hari, dan ketika pada saat tidak dimungkinkan untuk memberi libur lebih dari 10 hari, dengan polosnya dia menetapkan hari masuknya 2 minggu setelah lebaran.

Dari gaji yang setiap tahun diberi peningkatan sebanyak 10% plus uang makan 150rb perminggu, kira2 satu bulan take home pay si suster adalah 2.5jt

Pun masih saja setiap kali si suster ini meributkan keadaan dia ngga hamil2 dari suaminya dan ijin2 untuk cek kandungan, ijin2 untuk drama karena suaminya kabur atau marah, meributkan kalau perutnya sakit krn gendong anak2ku dan takut karena itu jadi susah hamil dll dsb.

Bagaimana hati bisa tenang?

Soal performance kerja, si suster memang cukup terampil, ditambah lagi kenyataan bahwa dia sayang dengan anak2..hanya saja, semua tidak cukup memberikan ketenangan karena tidak ada jaminan dia akan kerja lama.

------------------

Pembantu? Kurang dari setahun, sudah ganti 5x pembantu, alhasil kalau dipukul rata, satu pembantu hitungannya kerja 2 bulan saja.

Pembantu 1: 14 years old, sebenarnya aku menghindari pekerjakan anak di bawah umur, tapi apa daya karena terpaksa, tapi karena BB yang tak tertahankan, penampilan yang kurang bersih dan sikap suka sembunyi2 mengintip, sering ijin keluar jajan atau ke rumah sodaranya, aku jadi tak tahan karena merasa gak aman…cukup 3 hari saja, aku pecat dengan ganti rugi 200rb.

Pembantu 2: 25 thn..sudah menikah dan pengalaman..kerja cukup baik, tapiiiiiiiiii….seminggu bekerja, dia mendapati kalau dia tengah hamil muda. Alhasil berhentilah dia.

Pembantu 3: 18 thn, adalah adik ipar pembantu 2, kerja tidak terlalu maksimal tapi sepertinya terlalu gengsi jadi pembantu, selalu meributkan untuk jadi buruh dimana gaji buruh besar (1.8jt katanya), dan akhirnya 2 bln kerja, si pembantu minta berhenti dengan alasan disuruh jaga orang tua di kampung.

Pembantu 4: 16 thn, didapat dari Yayasan dengan uang tebus 850k. Entah kenapa, dengan pembantu yang ini, aku merasa dia yang majikan dan aku yang pembantu. Dengan santai dia tidur di ranjang kamar hotel waktu kami mengungsi ketika ada kebakaran di dekat rumah sementara aku sibuk berbenah, sering pakai alat kosmetikku (cat kuku), menggunakan HP bekasku tanpa ijin dan tidak melakukan pekerjaannya dengan melihat aku yang tidak terlalu menegur. Akhirnya, pembantu ini pun terpaksa kupulangkan ke yayasan.

Pembantu 5: 16 thn, pengganti dari pembantu 4..meminta gaji 50rb lebih besar dari pembantu sebelumnya dan terlihat bekerja lebih baik. Akan tetapi beberapa kali aku mendapati bahwa meskipun sudah mendapatkan fasilitas uang makan 100rb/minggu, makanan2 kami secara diam2 sering dimakan. Pembantu ini minta berhenti satu bulan sebelum bulan puasa dengan alasan mau sekolah lagi.


Apakah dengan mencari lagi pembantu ke 6-7-8 dst hati bisa tenang? Terus terang aku pesimis.

------

So here I am, berpikir yang terbaik untuk anak dan keluarga, toh rezeki tak akan kemana kalau kita tetap berusaha, toh yang terpenting dalam hidup ini adalah kedamaian dan kebahagiaan keluarga, toh semua pilihan hidup juga tidak akan selalu mulus, tapi setidaknya dengan memilih yang terbaik untuk dijalani, maka semua hambatan dan ujian akan jadi pemicu dan kita punya motivasi untuk tetap giat karena yang kita perjuangkan adalah sesuatu yang berharga.

"di mana hartamu berada, di situ hatimu berada"